Senin, 31 Mei 2010

Di Luar Nalar Yang Tak Terlihat

Uraian hari cerita hati

Terlangkah begitu jauh dengan kaki sang waktu

Yang mencoba menyadarkan aku

Bahwa hidup adalah hidup

Meneguk mati untuk abadi

Dalam napas yang entah dimana adaNya

Yang jelas pasti tersentuh jiwa-jiwa

Yang merasa dirinya memiliki nyawa

Di luar nalar yang tak terlihat

Sekilas mata hanya sebuah keyakinan hati

Kini kumulai bertanya tentang engkau yang begitu indah

Hilang bukanNya ku tak bermata dimana

Kaukah jauh di atas cahaya

Singgahmu di ujung pelangi pagi yang begitu berwarna

Hingga aku tak sanggup menyentuhMu

Tak ada yang abadi

Itu yang kutau dari bisikan langit

Yang mencoba menyadarkanku

Yang sangat merasakan kehilanganmu

Kau tak kulihat

Kau tak mampu kudengar

Kau tak mampu kupeluk

Kau tak mampu kukecup

Sesaat hanya mampu kuingat

Bila buram tak menyerang

Sejenak hanya mampu kukenang

Sebelum menghilang

Terlupakan

Seberkas hanya mampu kuhirup

Dalam dekap yang tak berbentuk

Terteguk bersama napas yang tertelan

Kau pasti mampu melihatku

Kau kuyakini mampu mendengarkanku

Memanggil namaMu

Karena kerinduan yang kau tinggalkan

Dengan jerit permohonan

Kau mungkin selalu memelukku dengan lembut saat kuterlelap

Setelah doa kupanjatkan

Bilaku dalam keadaan

Kau mungkin mengecupku dengan ketenagganmu

Kau kuyakini begitu dekat mendekapku dengan napasMu

Kaukah begitu jauh dari mataku

Karena luka yang pernah kutorehkan

Dimana Kau

Di atas langitkah

WarnaMu pagikah

WujudMu senja ketenangankah

Yang jelas pasti tersentuh jiwa-jiwa

Yang mengakui diriNya sang pemiliki nyawa

Lantas aku pun berlalu dengan perasaan yang begitu kaku

Dalam dua rasa yang berbeda

Antara padaMu

Dan pada makhluk ciptaanMu yang terindah

Yang tengah kucari menghilangnya

Lewat jemariMu

Tujukanlah telunjukMu

Biar kulihat terang keberadaanya

Hanya kulihat senyuman langit

Lalu kudengar rintihan hujan

Sahdunya nyanyian angin

Semaunya itu mengingatkanku akan diriMu

Yang jelas dan pasti tersentuh jiwa-jiwa

Yang mengakui diriNya sang pemiliki nyawa

Di luar nalar yang tak terlihat

Kau berdiri tegak

Tak kan runtuh singgasanaMu karena aku menjauh

Tak kan pernah lemah diriMu

Karena miliki kunpayakun

Apapun itu

Menjelma utuh

Sand1ku 21’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar